Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Better Future with Islamic Economic "Our big dream,is to make this Islamic Economic as a blessing from Allah for the universe" Fighting! :)

Jika profesi Ibu Rumah Tangga itu mulia, lantas apakah profesi wanita karir itu berdosa?



Ga tau kenapa, jadi kepikiran tema ini terus akhir-akhir ini. Dimulai dari teman2 satu lingkaran yang sekarang kebanyakan ibu rumah tangga, komen2 negatif beberapa ikhwan mengenai akhwat yang berkarir, dll.
Anyway, apa yang mau saya tulis ini, just my opinion lho yaa..sy tidak memiliki kapasitas dan wewenang ilmiah untuk menilai benar atau salah secara syariah, it’s purely my opinion.

Saya seringkali heran, alangkah sombongnya manusia, saat mengatakan bahwa, wanita yang bekerja itu, kelak tidak bisa dekat dengan anak-anaknya, atau wanita yang memiliki karir di luar cenderung anak-anak dan keluarganya bermasalah (komen nyata dari beberapa teman). Terlepas dari ada atau tidaknya riset mengenai hal ini, saya cuma mau memberi komen atas beberapa fenomena yang ada di sekitar saya :
1.Beberapa kali saya amati, wanita-wanita dengan karir profesional, memiliki keluarga yang mendukung penuh karirnya. Suami yang baik, anak-anak dengan pendidikan akademik cemerlang, moral spiritual sangat terjaga, secara agama juga luar biasa.
2.Sebaliknya, tidak bisa dipungkiri, ada beberapa wanita yang merupakan ibu rumah tangga, selalu bermasalah dengan suami dan anak-anaknya, jengkel dengan semua pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya, tidak peduli dengan pergaulan anak-anaknya,bahkan tidak mampu mengikuti perkembangan pendidikan anak-anaknya.
3.Lazimnya yang kita lihat di sekitar, seorang ibu rumah  tangga, dengan anak-anak solih dan solihah, akademis cemerlang dan pergaulan terjaga. Sementara Ibu yang juga merupakan wanita karir, sibuk mengejar karirnya, melupakan keluarganya, abai terhadap perkembangan anak-anaknya. It’s a common view dalam keseharian kita.

Lantas, salah ga ya, jika saya mengatakan : Case nomor 3 di atas, adalah hal yang biasa, sedangkan nomor 1 dan 2 adalah hal yang luar biasa, amazing but still possible.

Yang ingin saya tegaskan adalah : ada faktor keridhoan Allah , entah saat kita sebagai ibu rumah tangga atau ibu rumah tangga sekaligus memiliki karir / pekerjaan.

Saya percaya, bagi wanita-wanita sholihah, yang senantiasa mengharap ridhoNya, memiliki keluarga sakinah, ma waddah, wa rohmah adalah suatu impian. Mendidik anak-anak sukses dunia akhirat dan menjadi pengantar baginya menginjakkan kaki di jannahNya adalah suatu cita-cita. Saat nanti, ketika dikumpulkan di padang mahsyar, seandainya Allah bertanya padanya “apa yang telah engkau ajarkan kepada anak-anakmu?” maka adalah suatu keinginan menjawab dengan kalimat “saya telah mengajarkan mereka untuk selalu berada di jalanMu ya Allah, menjadi prajurit2 yang membela agamaMu, membela rasulMu, dan senantiasa mencari ridhoMu”

Namun, apakah wanita-wanita tipe ini, seluruhnya adalah ibu rumah tangga? Bahwa sebagian besar dan lumrahnya iya, memang benar, saya sepakat. Tapi, menjawab dengan kalimat “pasti iya” saya rasa bukan jawaban yang tepat.
Don’’t ever judge a book from the cover. 

Saat wanita memutuskan untuk bekerja, ada alasan-alasan tersendiri yang ia miliki. Entah sebagai tenaga akademisi, praktisi atau berada di birokrasi. Entah sebagai dosen, guru, bankir, dokter, enginer, akuntan, lawyer, dll. Ada alasan yang mereka miliki.

Ingin bermanfaat bagi masyarakat luas, ingin ilmunya tidak sia-sia, ingin mengembangkan diri, eksistensi diri,mandiri dan alasan-alasan lain, adalah alasan yang biasa terdengar. Tidak salah bukan? Apalagi jika ia memang memiliki kapasitas diri yang luar biasa dan berpotensi bermanfaat bagi banyak orang.

Selain itu, ada alasan lain yang mungkin mendasari pilihan untuk bekerja,
Pernahkan terpikir, mungkin ia (wanita yang bekerja tsb) memilik amanah luar biasa dengan pekerjaannya? Mungkinkah ada suatu faktor eksternal, tanggung jawab yang besar yang menyebabkan ia harus bekerja? Pernahkan terfikir, mungkin ia dalam keluarganya adalah anak pertama dari 6 bersaudara, ada 5 orang adiknya yang masih butuh biaya, sementara orangtuanya memiliki masalah finansial. Mungkin orangtuanya berharap , ia yang akan merubah ekonomi keluarga, at least menyekolahkan adik-adiknya hingga selesai. Atau mungkin ia yang dulu disekolahkan orangtuanya saat orangtuanya masih berdaya secara ekonomi, saat lulus harus menghadapi kenyataan bahwa keluarganya memiliki banyak utang dan ia diharapkan bekerja untuk membantu saat-saat sulit tersebut?

Ataukah saat ia lulus, bisnis ayahnya bangkrut, ayahnya sakit-sakitan, ditipu oleh rekan bisnisnya, adik-adiknya masih butuh banyak biaya untuk sekolah,makan,kehidupan sehari-hari, belum lagi utang2 yang ada dan akhirnya ia harus bekerja di perusahaan dengan ikatan kontrak 10 tahun untuk menghadapi seluruh ujian tersebut?

Apakah berhak, menjudge muslimah dengan keadaan seperti tsb , sebagai muslimah yang berambisi, berkarir di perbankan, kantor akuntan, perusahaan, dll hanya sekedar ingin diakui sebagai wanita karir yang modern dan profesional? Apakah berhak langsung mengklaim, jika nanti muslimah tsb menikah, pasti dia tidak akan bisa membagi waktu untuk keluarganya, tidak bisa dekat dengan anak-anaknya,dll??

Oleh karena itu saya katakan, adalah sombong, orang-orang yang berfikir demikian. Jika si Muslimah ikhlas, saat sudah berumah tangga berikhtiar semaksimal mungkin dalam membagi waktu dengan adil ,insyaAllah,bukan tidak mungkin,  Allah lah yang akan menjaga anak-anaknya saat tidak berada dalam pengawasannya, Allah yang akan melunakkan hati suaminya agar ikhlas mendukung karirnya, jika Allah ridho dan Allah berkehendak, apa sih yang tidak mungkin?

Tulisan ini mungkin memang edisi curcol, karena real , saya dengar ada senior ikhwan yang berkomentar, (mungkin menasehati lebih tepatnya, karena beliau sudah berumah tangga) : “jangan bekerja di bank, kebanyakan teman2 ikhwan disarankan untuk tidak menikah dengan wanita yang berkarir di bank karena jika sudah menikah nanti cenderung tidak dekat dengan anak-anaknya”
Saat itu saya masih kerja di kantor akuntan as an auditor. Jadi kalem aja nyeletuk “apalagi akhwat yang kerja sebagai auditor ya? Yang kerjaannya pergi pagi pulang pagi, lembur  tiada henti? :p” (Alhamdulillah sekarang sih udah resign jadi auditor :p)

Anyway, saya bukan hendak menjudge atau mengatakan bahwa yang bekerja lebih baik atau ibu rumah tangga yang lebih baik. Pada dasarnya, saya sangat menghargai wanita-wanita yang memilih profesi ibu rumah tangga.

Saya cuma ingin menegaskan, apapun profesi nya , minumnya teh botol sosro,#eh *garing, wkwkwk..:D

Apapun profesinya, mau sebagai ibu rumah tangga, ataupun bekerja sebagai auditor, akuntan perusahaan, enginer, bankir, ada alasan  tersendiri saat seorang akhwat memilih untuk bekerja. Mungkin salah satu alasan yang saya sebutkan diatas, mungkin ada alasan yang lain, husnudzon saja lah. Toh, dia tidak pernah merepotkan kita dengan mengeluh atas kondisi yang ada padanya, toh jika kita su’udzon tidak akan berimpact apa-apa terhadap dia selain balik malah bikin dosa kepada yang bersu’udzon.

Saya juga memiliki alasan pribadi berada di jalan yang saya pilih (dan saya yakin insyaAllah memang jalan yang Allah pilihkan untuk saya), saya memiliki rencana-rencana pribadi ke depannya (yang semoga Allah ridho dengan rencana saya). Mohon doa saja, semoga yang terbaik, jangan men judge dan jangan su’udzon please..it doesn’t help at all. #CurcolAbiss :D

Well, once again, saya katakan, its only my opinion, kepada pihak-pihak yang kurang berkenan..mohon maaappp yaaaaa...J

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4 komentar:

Unknown mengatakan...

dosa itu hak perogratifnya Allah..tapi tanggung jawab akan amanah yang diampu lebih utama, baik sebagai ibu rumah tangga maupun wanita karier. :)

indah site mengatakan...

iyapz, spakat!
makanya ini kan just my opinion, he..daripada galau, ditulis aja deh..;) syukron for the comment..:)

An mengatakan...

ulasan yang menarik, Indah..

apapun profesi yang kita emban sekarang jika sudah berumahtangga ntar, keluarga adalah nomor satu.

perlu ada pengorbanan saat kita memperjuangkan sesuatu pilihan yang menurut kita itu benar :)

karena hidup itu pilihan, dan Alloh Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

*anyway cita-cita menjadi IRT yang sholihah dan teladan bagi anak2nya adalah cita-cita yg mulia bagi setiap wanita (termasuk saya ^^)

indah site mengatakan...

Thanks udah mampir ke blog sederhana saya
and also thanks for comment ania..:)

iyaa..copas status seorang senior :
"setinggi apapun wanita berkarir,
tetep saja dia adalah seorang ibu yang hangat untuk anak-anaknya
seorang istri yang taat pada suaminya...
tak ada yang menghalanginya untuk berkarir,
namun...seorang wanita harus pintar membagi perannya..
antara mengembangkan ilmunya dan juga menjadi "bidadari" di keluarganya

Sama2 saling mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan :)

Posting Komentar